Hantu Agustus: Bagaimana Orang Jepang Menghormati Leluhur Mereka

Hai, apa kabar? Bulan Agustus hampir tiba dan Anda tahu apa artinya itu – waktunya untuk merayakan Hantu Agustus atau Obon, festival tiga hari di Jepang untuk menghormati para leluhur. Selama lebih dari 500 tahun, orang Jepang telah memperingati nenek moyang mereka dengan tarian rakyat Bon Odori, hidangan musiman, dan menyalakan api unggun. Beberapa api unggun terbesar berada di sekitar Kyoto, dengan api unggun besar yang disusun dalam bentuk kanji, karakter Jepang.

Apa Itu Festival Obon?

Apa Itu Festival Obon?

Obon adalah festival tiga hari untuk menghormati leluhur Jepang. Sudah lebih dari 500 tahun orang Jepang merayakan Obon, biasanya diadakan pada bulan Agustus. Festival ini dirayakan melalui tarian rakyat Bon Odori, masakan musiman, dan pembakaran obor. Beberapa obor terbesar dinyalakan di bukit-bukit di sekitar Kyoto, dengan obor-obor besar yang disusun dalam bentuk huruf kanji, karakter Jepang.

Saat Obon, orang Jepang percaya bahwa roh leluhur mereka kembali ke rumah. Mereka membersihkan makam leluhur dan meletakkan makanan kesukaan, dupa dan bunga di altar rumah mereka. Tarian Bon Odori diadakan di kota-kota dan desa-desa untuk menyambut roh leluhur. Musik dan tarian rakyat ini meriah dan penuh kegembiraan.

Makanan musiman seperti botamochi (bola beras ketan dengan isian pasta kacang merah), somen (mi dingin), dan unagi (belut panggang) disajikan. Sementara itu, lampion kertas dinyalakan dan ditaruh di depan rumah sebagai petunjuk bagi para leluhur untuk pulang.

Pada hari terakhir Obon, orang Jepang mendoakan leluhur mereka dan berterima kasih atas kunjungan mereka. Mereka berharap leluhur akan kembali ke alam baka dengan tenang setelah menikmati kedamaian bersama keluarga yang ditinggalkan. Obon mengingatkan kita untuk menghargai mereka yang telah pergi.

Tradisi Menari Bon Odori

Obon adalah waktu di mana orang Jepang memperingati leluhur mereka yang telah meninggal. Salah satu cara utama untuk merayakan Obon adalah dengan menari Bon Odori, tarian rakyat khas Jepang. Tarian ini telah dipertunjukkan selama lebih dari 500 tahun dan merupakan bagian penting dari budaya Jepang.

Musik dan Gerakan

Musik Bon Odori biasanya dimainkan dengan taiko, seruling dan shamisen. Irama musiknya lambat dan santai, sehingga mudah diikuti oleh penari dari segala usia. Gerakan tariannya sederhana, melambai dan melangkah maju mundur secara beriringan dalam lingkaran. Para penari mengenakan yukata, pakaian musim panas khas Jepang, dan memegang kipas kertas atau tongkat kayu.

Makna Simbolis

Tarian Bon Odori melambangkan kegembiraan roh leluhur yang sudah lama menunggu untuk berkumpul kembali dengan keluarga mereka. Para penari mewakili roh leluhur, sementara lingkaran yang terbentuk melambangkan

keluarga. Dengan menari bersama, keluarga dan leluhur dapat bersenang-senang dan saling menghargai satu sama lain.

Bon Odori adalah cara yang indah bagi orang Jepang untuk memperingati nenek moyang mereka sambil melestarikan tradisi tari kuno. Merayakan Obon dengan tarian ini merupakan penghormatan terhadap sejarah dan budaya Jepang yang kaya.

Makanan Musiman Khas Obon

Makanan khas musiman selalu menjadi salah satu daya tarik utama dalam perayaan apapun. Tidak terkecuali Obon. Selama festival Obon, orang Jepang menikmati berbagai hidangan musiman yang lezat, seperti botamochi, ume, dan somen.

Botamochi

Botamochi adalah kue bola-bola kecil berwarna hijau yang terbuat dari beras ketan yang ditumbuk, yang diisi dengan pasta kacang merah. Botamochi melambangkan semangat dan vitalitas. Kue ini sangat cocok untuk dimakan pada musim panas karena rasanya yang segar dan lembut.

Ume

Buah ume atau aprikot Jepang biasanya matang pada pertengahan musim panas. Selama Obon, ume diolah menjadi berbagai hidangan seperti umeshu atau alkohol aprikot, umeboshi atau aprikot asin, dan ume konbu atau aprikot dengan rumput laut. Rasa asam manis dari ume sangat cocok untuk dimakan pada cuaca panas dan menjadikannya salah satu buah musiman favorit orang Jepang.

Somen

Somen adalah mie tipis yang terbuat dari gandum yang disajikan dingin. Somen adalah hidangan yang sempurna untuk dinikmati di bawah terik matahari musim panas. Mie ini biasanya disajikan dengan topping seperti daun bawang, nori, dan wasabi. Somen sangat segar, ringan, dan menyegarkan.

Dengan hidangan musiman yang lezat seperti botamochi, ume, dan somen, tak heran jika Obon dianggap sebagai salah satu festival kuliner terbaik di Jepang. Makanan khas ini tidak hanya mewakili musim panas, tetapi juga membantu merayakan leluhur dengan penuh sukacita.

Api Unggun Raksasa Di Kyoto

Di Kyoto, api unggun raksasa dinyalakan di bukit-bukit di sekitar kota. Api-api ini disusun dalam bentuk kanji, karakter Jepang, dan beberapa di antaranya mencapai tinggi hingga 30 meter. Api unggun raksasa ini sudah menjadi tradisi selama lebih dari 500 tahun sebagai bagian dari festival Obon.

Sejarah Api Unggun

Api unggun ini pertama kali dinyalakan pada zaman Muromachi antara tahun 1336 hingga 1573. Saat itu, api unggun digunakan untuk menghormati roh leluhur dan memandu arwah mereka kembali ke alam baka. Seiring berjalannya waktu, api unggun menjadi salah satu simbol kota Kyoto.

Ukuran dan Bentuk Api Unggun

Api unggun raksasa di Kyoto terkenal karena ukurannya yang besar dan disusun dalam bentuk kanji. Kanji yang paling umum digunakan adalah ‘dai’ yang berarti ‘besar’ dan ‘sho’ yang berarti ‘kecil’. Ukuran api unggun bisa mencapai 30 meter tingginya dan 15 meter lebarnya. Ribuan kayu bakar dibutuhkan untuk menyalakan satu api unggun raksasa.

Upacara Penyalaan

Upacara penyalaan api unggun dimulai pada malam hari tanggal 13 Agustus. Kayu bakar disusun dalam bentuk kanji yang diinginkan dan dinyalakan secara bersamaan pada pukul 8 malam. Ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan upacara penyalaan ini. Doa-doa dibacakan dan musik tradisional Jepang seperti taiko dimainkan. Api unggun menyala hingga tengah malam dan sisa-sisanya masih menyala hingga pagi hari berikutnya.

Api unggun raksasa di Kyoto adalah salah satu daya tarik utama festival Obon. Tradisi ini telah bertahan selama berabad-abad dan menjadi bagian penting dalam memperingati para leluhur.

Mengunjungi Kuburan Selama Obon

Selama Obon, banyak orang Jepang yang mengunjungi makam leluhur mereka untuk memberikan penghormatan. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk berterima kasih kepada arwah leluhur atas berkat dan bantuan yang telah diberikan kepada keluarga mereka.

Di makam, keluarga membersihkan batu nisan dan meletakkan bunga segar. Mereka juga menyalakan lentera untuk menerangi jalan bagi arwah leluhur pulang. Banyak orang yang berdoa di depan makam leluhur mereka dan memberi persembahan seperti buah-buahan atau sake.

Membawa makanan kesukaan leluhur

Keluarga sering membawa makanan kesukaan leluhur ke makam sebagai persembahan. Makanan ini bisa berupa buah, kue beras, atau makanan lain yang disukai oleh leluhur saat masih hidup. Makanan ini dimakan oleh anggota keluarga sambil berdoa bersama di makam.

Mengundang arwah leluhur pulang

Selama kunjungan ke makam, keluarga mengundang arwah leluhur untuk pulang ke rumah untuk berkumpul bersama. Mereka membakar kemenyan dan berdoa memohon agar arwah leluhur kembali. Di rumah, meja ditata dengan foto leluhur, buah-buahan dan makanan kesukaan mereka.

Dengan mengunjungi makam leluhur dan melakukan upacara di rumah, keluarga Jepang meyakini bahwa arwah leluhur akan berkumpul bersama mereka selama Obon. Hal ini memungkinkan keluarga untuk menghormati dan berterima kasih kepada leluhur atas berkat dan bimbingan spiritual mereka.

Jadi, begitulah cara orang Jepang menghormati nenek moyang mereka selama berabad-abad. Festival Obon adalah salah satu tradisi yang paling kaya makna di Jepang, di mana keluarga berkumpul untuk berbagi kenangan manis tentang orang yang telah tiada. Bon Odori, tarian rakyat yang dipertunjukkan di seluruh negeri, dan makanan musiman khas seperti somen dan teriyaki, semuanya dimaksudkan untuk mengenang para leluhur. Dan tentu saja, kembang api besar yang menyala di bukit-bukit di sekitar Kyoto, membakar karakter kanji raksasa di langit malam, seolah-olah para leluhur turun dari surga untuk bergabung dalam perayaan ini. Jadi, saat bulan Agustus tiba, ingatlah untuk menghormati nenek moyang Anda – mereka yang telah memberi jalan untuk hidup Anda saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *